Selasa, 20 Desember 2016

Aleppo itu “jatuh” atau “terbebaskan”?


(Memahami penggunaan ‘label’ oleh media massa)

 

“A leader of one of Indonesia's hardline Muslim groups has told his followers to "prepare for war" after violent clashes with liberal Muslim demonstrators.” 


 


Miss world sparks controversy – Female Muslim protesters shout slogans during a protest against the Miss World beauty pageant contest outside its main sponsor office, MNCTV in Jakarta on September 5. Around 1,000 Islamic hardliners protested saying the event promoted "smut and pornography."



At least 10 buses departed from the headquarters of the hard-line group Islamic Defenders Front (FPI) in the Petamburan area of Central Jakarta on Friday morning to carry participants to a mass gathering in downtown Jakarta.



Tiga paragraf itu adalah potongan dari tiga berita berbeda. Paragraf pertama didapat dari  lead berita berjudul "Indonesia hardliner's war threat" yang dimuat oleh kantor berita BBC, 2 Juni 2008.  Paragraf kedua didapat dari berita berjudul “Religious fury alters Miss World in Indonesia” yang dimuat CNN, 27 September 2013, sementara potongan terakhir berasal dari berita berjudul “Busloads of people depart for Monas from FPI headquarters” yang dimuat The Jakarta Post, 2 Desember 2016.


 


Dari tiga potongan kecil berita itu kita bisa mencatat beberapa hal. Pertama, ketiga media tersebut, baik koran nasional maupun kantor berita internasional, sama-sama menggunakan istilah hardline(r). Mereka kompak memilih “kelompok garis keras” sebagai kata ganti untuk Front Pembela Islam (FPI). Kedua, ketiga potongan itu berasal dari tiga berita yang dimuat pada periode yang berbeda. Ketiga paragraf itu berasal dari berita yang dimuat pada tahun 2016, 2013, bahkan lebih dari sewindu lalu, 2 Juni 2008. Artinya, penggunaan istilah “kelompok garis keras” untuk FPI sudah berlangsung lama.


 


Teman, inilah yang disebut label. Kamus Bahasa Inggris Merriam-Webster mengartikan label sebagai “kata atau frasa yang digunakan untuk menggambarkan atau mengidentifikasi suatu hal/benda/orang”. Masih menurut kamus yang sama, label biasanya dipakai untuk dua keperluan:


1.      untuk memberi informasi tambahan (sesuai arti label tersebut menurut kamus)


2.      sebagai ephitet


Nah, ephitet sendiri memiliki beberapa arti, yakni:


a)      kata atau frasa yang menemani atau menggantikan hal/benda/orang


b)      kata atau frase yang bersifat meremehkan atau menghina terhadap hal/benda/orang yang dirujuk, dan


c)      nama kelompok untuk menandakan posisi suatu benda dalam genus atau grup yang lebih besar.


Jadi, bagaimana bila sebuah lembaga media menyebut FPI dengan label hardline(r)? Artinya, bagi lembaga media tersebut, FPI dipandang sebagai kelompok garis keras.


Media massa adalah salah satu pihak (atau memang) yang paling sering mengeluarkan label. Di media massa, mulai dari radio, televisi, majalah, koran, dan situs berita online kita menemukan begitu banyak label bertebaran. “Pemimpin yang dekat dengan rakyat”, “gubernur yang tegas”, “negara axis of evil”, “kelompok teroris” adalah sejumlah label yang sering kita dengar/baca di media massa.


Dalam peristiwa dikuasainya kembali Aleppo oleh pasukan Pemerintah Suriah, misalnya, banyak label bertebaran. Sebagian media menyebut peristiwa itu sebagai “pembebasan”. Mereka yang menggunakan label ini, sadar atau tidak, tentulah berpihak pada Pemerintah Suriah dan koalisinya. Mereka menganggap Aleppo selama ini dalam cengkeraman kelompok pemberontak –ini pun label pula—yang akhirnya bisa dibebaskan. Sementara, sebagian media yang lain menyebut peristiwa itu sebagai “kejatuhan” Aleppo. Kelompok media ini, sadar atau tidak, mendukung “pemberontak” dan kontra terhadap Pemerintah Suriah saat ini. Media-media ini menganggap kelompok “pemberontak” sebagai pihak yang benar sehingga ketika kelompok yang benar ini kalah, mereka menggambarkannya sebagai “kejatuhan”.


Label, biasanya, sangat kualitatif dan subjektif. Susah diukur. Susah ditentukan tepat atau tidaknya. Label lebih sering dipakai untuk melayani sudut pandang dan keberpihakan yang sudah dipilih oleh sebuah media saat memberitakan hal/peristiwa/figur tertentu.


So, jangan termakan oleh label ya...


Sumber foto: Rakyat Merdeka Online, diunduh dari http://m.rmoljakarta.com/news.php?id=26675





Tidak ada komentar:

Posting Komentar