Framing in Practice
Masih
ingat tentang framing? Secara
sederhana, framing adalah memilih dan
menonjolkan satu (atau sejumlah kecil) aspek dari sebuah peristiwa, hal, atau
figur sehingga gambaran yang tercipta bukanlah gambaran keseluruhan melainkan hanya
gambaran bagian yang sudah dipilih dan diberi penekanan. Untuk membantu
mengingat kembali, silakan baca artikel ini dan ini.
Biasanya,
media yang memang memiliki framing
tertentu terhadap suatu hal, akan cenderung memandang “hal” itu dengan cara
yang tidak berubah. Misalnya, label yang dipakai terhadap “hal” itu atau
terhadap figur yang terlibat di dalamnya akan selalu sama, dari itu ke itu
juga.
Sebaliknya,
media yang mencoba untuk lebih objektif dalam memandang suatu hal, tidak akan
terperangkap dalam label yang sama. Meski demikian, media semacam ini bukannya
murni terbebas dari framing. Karena
keterbatasan pilihan, atau karena besarnya arus penamaan terhadap suatu hal
tertentu, maka sebuah media seperti terpaksa untuk mengikuti. Padahal, arus
penamaan itu sendiri sudah label yang berkontribusi terhadap terbentuknya
sebuah framing tertentu. Untuk
memudahkan pemahaman, mari kita bahas teks foto dari satu rangkaian display foto yang dimuat oleh CNN Indonesia berjudul “Dari Turki
Hingga Inggris, Kejatuhan Aleppo Picu Demonstrasi” yang diunduh pada Selasa, 20
Desember 2016. Kali ini yang dibahas hanya teks foto saja tanpa melibatkan
fotonya yang bisa didekati dengan visual
framing.
Berikut
teks dari 8 foto yang dimuat oleh CNN
Indonesia dalam display foto
berjudul “Dari Turki Hingga Inggris, Kejatuhan Aleppo Picu Demonstrasi”
tersebut:
Runtuhnya pertahanan pemberontak Aleppo oleh bombardir pasukan pro-rezim Suriah
pekan ini memicu gelombang protes di berbagai
negara. Foto menunjukkan para mahasiswa di Pakistan berdemonstrasi pada Kamis (15/12) mengecam aksi kekerasan yang menewaskan ribuan warga Aleppo yang
tinggal di wilayah pemberontak.
Di Sarajevo, Bosnia, puluhan
ribu demonstran berdemo pada Rabu (14/12) dengan menggendong boneka bayi
yang dibungkus kain putih yang diberi noda sewarna darah, memprotes kepungan
pasukan pro-rezim Suriah terhadap
Aleppo.
Unjuk rasa juga digelar di Gaza, Palestina, termasuk diikuti oleh seorang bocah yang mencelupkan tangannya ke tinta merah sewarna darah pada Kamis (15/12). Para demonstran mengaku ingin menunjukkan rasa solidaritas bagi mereka yang terkepung di Aleppo timur.
Di Amman, Yordania, para demonstran membakar foto Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai aksi protes atas
dukungan serangan udara Rusia yang membombardir pemberontak Aleppo. Rusia merupakan salah satu sekutu utama
Presiden Suriah, Bashar Al-Assad.
Unjuk rasa serupa juga
digelar di Ankara, Turki, diikuti
oleh sekitar 800 orang. Mereka memprotes keterlibatan Rusia dan Iran di depan
kantor kedubes kedua negara itu pada Kamis (15/12), sembari mengusung papan
bertuliskan, 'Pembantaian di Aleppo,
panggung sandiwara di PBB.'
Di Istanbul, para
pengunjuk rasa mengibarkan bendera Turki dan kelompok pemberontak moderat Tentara Pembebasan Suriah pada Rabu (14/12).
Turki merupakan negara pendukung
pemberontak, yang menegosiasikan kesepakatan gencatan senjata dan evakuasi
di Aleppo, dengan Rusia.
Pengunjuk rasa di Downing Street, London, Inggris juga
menunjukkan rasa solidaritas terhadap krisis
kemanusiaan di Aleppo, Suriah. Kelompok Syrian Observatory for Human Rights
yang berbasis di Inggris mencatat setidaknya 312 ribu orang tewas selama perang di Suriah berlangsung sejak 2011
lalu.
Dari 8 teks foto, 5 kali
kata pemberontak dipakai. Pemberontak memang bukan kata yang serta merta
negatif, namun ia memang memiliki konotasi yang kurang baik. Pemberontak, dari
arti katanya, adalah kelompok orang yang melawan pemerintahan yang sah. Lantas
pemberontak ini melawan siapa? Dari berita kita tahu bahwa pemberontak ini
melawan Pemerintah Suriah. Namun, tidak satu pun kata “pemerintah” dipakai dalam
rangkaian 8 teks foto ini. Yang kita temukan adalah dua kali penyebutan “Rezim
Suriah”. CNN Indonesia menghindari
penggunaan “Pemerintah Suriah” dan memilih menggunakan istilah “Rezim Suriah”. Rezim
bukan istilah yang serta merta negatif, namun ia memang memiliki konotasi
negatif yang makin berkembang. Yang jelas, pemerintah merujuk pada struktur
yang lebih “jelas” dan “resmi” dibanding rezim.
Mengapa CNN Indonesia memilih menggunakan pola
penyebutan seperti ini? Sepertinya CNN Indonesia
belum menentukan sikap yang tegas terhadap konflik di Suriah. Media ini masih “mempelajari”
situasi yang ada atau berhati-hati untuk tidak terjebak pada framing yang tidak
tepat atau tidak mereka harapkan. Yang kemduain muncul adalah kesan bahwa
Suriah tidak memiliki pemerintah yang resmi dan sah. Yang satu “hanya” rezim,
yang lainnya pemberontak.
Dilihat dari kata ganti
yang mereka pakai untuk menyebut aktor utama yang terlibat dalam konflik, CNN Indonesia tampak tidak berpihak. Mari
kita lihat elemen-elemen lain dari rangkaian teks foto ini.
Delapan foto yang
terpilih adalah demonstrasi dari banyak negara, yakni Pakistan, Palestina,
Jordania, Turki, Bosnia-Herzegovina, Kuwait dan Inggris. CNN Indonesia ingin menunjukkan bahwa demonstrasi ini “luas”. Kesan
“luas” ini makin kuat dihadirkan melalui judul “Dari Turki
Hingga Inggris, Kejatuhan Aleppo Picu Demonstrasi”. Meskipun, bila saya
editornya, saya akan mengganti Turki dengan Pakistan. “Turki dan Inggris”, dari
aspek ras, lokasi, dan sosial-budaya tidak “sejauh” “Pakistan dan Inggris”.
Sekarang,
mari kita tengok bagaimana CNN Indonesia
menggambarkan situasi di Aleppo. Kita akan lihat, aspek apa yang lebih
ditonjolkan oleh CNN Indonesia?
Teks
foto 1, 2, 3, dan 8 menggambarkan situasi di Aleppo sebagai krisis kemanusiaan.
Penekanan yang dipilih adalah “krisis kemanusiaan”, “aksi kekerasan”, “warga
terkepung”, dan “kepungan pasukan pro Rezim Suriah”. Meski demikian,
kecenderungannya masih tampak sekilas. Teks foto 4, 5, dan 6 memberikan fokus
bahwa Rusia adalah pihak yang diprotes. Kita tahu Rusia adalah pendukung Pemerintah
Suriah pimpinan Presiden Bashar Al Assad. Hal ini diperkuat dengan teks foto 7
yang menyebut Turki sebagai pihak yang mengusulkan gencatan senjata. Dalam
situasi perang, gencatan senjata cenderung dipandang secara positif. Dan, yang
mengusulkan gencatan senjata ini adalah Turki, negara yang mendukung
pemberontak.
Dengan
demikian, keseluruhan rangkaian teks foto ini sebenarnya mencoba untuk “netral”
dalam melihat situasi konflik di Aleppo. Meski demikian, terdapat kecenderungan
untuk lebih menyerang –meski tidak frontal— terhadap Pemerintah Suriah dan Rusia
sebagai pendukung utamanya. (*)
Sumber Foto:
AFP PHOTO/ARIF ALI, diunduh dari http://www.cnnindonesia.com/internasional/20161216174603-136-180168/dari-turki-hingga-inggris-kejatuhan-aleppo-picu-demonstrasi/1
AFP PHOTO/ELVIS BARUKCIC, diunduh dari http://www.cnnindonesia.com/internasional/20161216174603-136-180168/dari-turki-hingga-inggris-kejatuhan-aleppo-picu-demonstrasi/2
Reuters/Suhaib Salem, diunduh dari http://www.cnnindonesia.com/internasional/20161216174603-136-180168/dari-turki-hingga-inggris-kejatuhan-aleppo-picu-demonstrasi/3
Reuters/Muhammad Hamed, diunduh dari http://www.cnnindonesia.com/internasional/20161216174603-136-180168/dari-turki-hingga-inggris-kejatuhan-aleppo-picu-demonstrasi/4
AFP PHOTO/Yasser Al-Zayyat, diunduh dari http://www.cnnindonesia.com/internasional/20161216174603-136-180168/dari-turki-hingga-inggris-kejatuhan-aleppo-picu-demonstrasi/5
Reuters/Umit Bektas, diunduh dari http://www.cnnindonesia.com/internasional/20161216174603-136-180168/dari-turki-hingga-inggris-kejatuhan-aleppo-picu-demonstrasi/6
AFP PHOTO/OZAN KOSE, diunduh dari http://www.cnnindonesia.com/internasional/20161216174603-136-180168/dari-turki-hingga-inggris-kejatuhan-aleppo-picu-demonstrasi/7
AFP PHOTO/Daniel SORABJI, diunduh dari http://www.cnnindonesia.com/internasional/20161216174603-136-180168/dari-turki-hingga-inggris-kejatuhan-aleppo-picu-demonstrasi/8).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar