Rabu, 21 Desember 2016

Teks Foto Aleppo menurut CNN Indonesia



Framing in Practice

Masih ingat tentang framing? Secara sederhana, framing adalah memilih dan menonjolkan satu (atau sejumlah kecil) aspek dari sebuah peristiwa, hal, atau figur sehingga gambaran yang tercipta bukanlah gambaran keseluruhan melainkan hanya gambaran bagian yang sudah dipilih dan diberi penekanan. Untuk membantu mengingat kembali, silakan baca artikel ini dan ini.

Biasanya, media yang memang memiliki framing tertentu terhadap suatu hal, akan cenderung memandang “hal” itu dengan cara yang tidak berubah. Misalnya, label yang dipakai terhadap “hal” itu atau terhadap figur yang terlibat di dalamnya akan selalu sama, dari itu ke itu juga.
Sebaliknya, media yang mencoba untuk lebih objektif dalam memandang suatu hal, tidak akan terperangkap dalam label yang sama. Meski demikian, media semacam ini bukannya murni terbebas dari framing. Karena keterbatasan pilihan, atau karena besarnya arus penamaan terhadap suatu hal tertentu, maka sebuah media seperti terpaksa untuk mengikuti. Padahal, arus penamaan itu sendiri sudah label yang berkontribusi terhadap terbentuknya sebuah framing tertentu. Untuk memudahkan pemahaman, mari kita bahas teks foto dari satu rangkaian display foto yang dimuat oleh CNN Indonesia berjudul “Dari Turki Hingga Inggris, Kejatuhan Aleppo Picu Demonstrasi” yang diunduh pada Selasa, 20 Desember 2016. Kali ini yang dibahas hanya teks foto saja tanpa melibatkan fotonya yang bisa didekati dengan visual framing. 

Berikut teks dari 8 foto yang dimuat oleh CNN Indonesia dalam display foto berjudul “Dari Turki Hingga Inggris, Kejatuhan Aleppo Picu Demonstrasi” tersebut:

Runtuhnya pertahanan pemberontak Aleppo oleh bombardir pasukan pro-rezim Suriah pekan ini memicu gelombang protes di berbagai negara. Foto menunjukkan para mahasiswa di Pakistan berdemonstrasi pada Kamis (15/12) mengecam aksi kekerasan yang menewaskan ribuan warga Aleppo yang tinggal di wilayah pemberontak.

Di Sarajevo, Bosnia, puluhan ribu demonstran berdemo pada Rabu (14/12) dengan menggendong boneka bayi yang dibungkus kain putih yang diberi noda sewarna darah, memprotes kepungan pasukan pro-rezim Suriah terhadap Aleppo.
 


Unjuk rasa juga digelar di Gaza, Palestina, termasuk diikuti oleh seorang bocah yang mencelupkan tangannya ke tinta merah sewarna darah pada Kamis (15/12). Para demonstran mengaku ingin menunjukkan rasa solidaritas bagi mereka yang terkepung di Aleppo timur.

Di Amman, Yordania, para demonstran membakar foto Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai aksi protes atas dukungan serangan udara Rusia yang membombardir pemberontak Aleppo. Rusia merupakan salah satu sekutu utama Presiden Suriah, Bashar Al-Assad.
 

Kecaman terhadap keterlibatan Rusia dalam perebutan Aleppo juga disuarakan oleh para demonstran di depan kantor Kedutaan besar Rusia di Kuwait City, Kuwait, Rabu (14/12). Mereka mengusung spanduk bertuliskan 'Setop Kriminal' dan 'Selamatkan Aleppo.' 


 
Unjuk rasa serupa juga digelar di Ankara, Turki, diikuti oleh sekitar 800 orang. Mereka memprotes keterlibatan Rusia dan Iran di depan kantor kedubes kedua negara itu pada Kamis (15/12), sembari mengusung papan bertuliskan, 'Pembantaian di Aleppo, panggung sandiwara di PBB.'
 
Di Istanbul, para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Turki dan kelompok pemberontak moderat Tentara Pembebasan Suriah pada Rabu (14/12). Turki merupakan negara pendukung pemberontak, yang menegosiasikan kesepakatan gencatan senjata dan evakuasi di Aleppo, dengan Rusia

Pengunjuk rasa di Downing Street, London, Inggris juga menunjukkan rasa solidaritas terhadap krisis kemanusiaan di Aleppo, Suriah. Kelompok Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris mencatat setidaknya 312 ribu orang tewas selama perang di Suriah berlangsung sejak 2011 lalu.
 

Dari 8 teks foto, 5 kali kata pemberontak dipakai. Pemberontak memang bukan kata yang serta merta negatif, namun ia memang memiliki konotasi yang kurang baik. Pemberontak, dari arti katanya, adalah kelompok orang yang melawan pemerintahan yang sah. Lantas pemberontak ini melawan siapa? Dari berita kita tahu bahwa pemberontak ini melawan Pemerintah Suriah. Namun, tidak satu pun kata “pemerintah” dipakai dalam rangkaian 8 teks foto ini. Yang kita temukan adalah dua kali penyebutan “Rezim Suriah”. CNN Indonesia menghindari penggunaan “Pemerintah Suriah” dan memilih menggunakan istilah “Rezim Suriah”. Rezim bukan istilah yang serta merta negatif, namun ia memang memiliki konotasi negatif yang makin berkembang. Yang jelas, pemerintah merujuk pada struktur yang lebih “jelas” dan “resmi” dibanding rezim. 

Mengapa CNN Indonesia memilih menggunakan pola penyebutan seperti ini? Sepertinya CNN Indonesia belum menentukan sikap yang tegas terhadap konflik di Suriah. Media ini masih “mempelajari” situasi yang ada atau berhati-hati untuk tidak terjebak pada framing yang tidak tepat atau tidak mereka harapkan. Yang kemduain muncul adalah kesan bahwa Suriah tidak memiliki pemerintah yang resmi dan sah. Yang satu “hanya” rezim, yang lainnya pemberontak.  

Dilihat dari kata ganti yang mereka pakai untuk menyebut aktor utama yang terlibat dalam konflik, CNN Indonesia tampak tidak berpihak. Mari kita lihat elemen-elemen lain dari rangkaian teks foto ini.

Delapan foto yang terpilih adalah demonstrasi dari banyak negara, yakni Pakistan, Palestina, Jordania, Turki, Bosnia-Herzegovina, Kuwait dan Inggris. CNN Indonesia ingin menunjukkan bahwa demonstrasi ini “luas”. Kesan “luas” ini makin kuat dihadirkan melalui judul “Dari Turki Hingga Inggris, Kejatuhan Aleppo Picu Demonstrasi”. Meskipun, bila saya editornya, saya akan mengganti Turki dengan Pakistan. “Turki dan Inggris”, dari aspek ras, lokasi, dan sosial-budaya tidak “sejauh” “Pakistan dan Inggris”.  

Sekarang, mari kita tengok bagaimana CNN Indonesia menggambarkan situasi di Aleppo. Kita akan lihat, aspek apa yang lebih ditonjolkan oleh CNN Indonesia

Teks foto 1, 2, 3, dan 8 menggambarkan situasi di Aleppo sebagai krisis kemanusiaan. Penekanan yang dipilih adalah “krisis kemanusiaan”, “aksi kekerasan”, “warga terkepung”, dan “kepungan pasukan pro Rezim Suriah”. Meski demikian, kecenderungannya masih tampak sekilas. Teks foto 4, 5, dan 6 memberikan fokus bahwa Rusia adalah pihak yang diprotes. Kita tahu Rusia adalah pendukung Pemerintah Suriah pimpinan Presiden Bashar Al Assad. Hal ini diperkuat dengan teks foto 7 yang menyebut Turki sebagai pihak yang mengusulkan gencatan senjata. Dalam situasi perang, gencatan senjata cenderung dipandang secara positif. Dan, yang mengusulkan gencatan senjata ini adalah Turki, negara yang mendukung pemberontak. 

Dengan demikian, keseluruhan rangkaian teks foto ini sebenarnya mencoba untuk “netral” dalam melihat situasi konflik di Aleppo. Meski demikian, terdapat kecenderungan untuk lebih menyerang –meski tidak frontal— terhadap Pemerintah Suriah dan Rusia sebagai pendukung utamanya. (*)

Sumber Foto:
AFP PHOTO/Daniel SORABJI, diunduh dari http://www.cnnindonesia.com/internasional/20161216174603-136-180168/dari-turki-hingga-inggris-kejatuhan-aleppo-picu-demonstrasi/8).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar