Selasa, 05 Februari 2019

Elit dan Massa (2)

Kepentingan. Inilah yang diperjuangkan para elit (dan sebagian massayang sadar) melalui kontestasi politik. Kepentingan siapa? Yang jelas, kepentingan pihak yang berkompetisi itu. Bukan kepentingan masyarakat? Bisa jadi, terutama bila kepentingan masyarakat itu "pas" dengan kepentingan pihak yang berkompetisi tersebut. Nah, karena masyarakat itu begitu luas dan begitu banyak, kepentingan mereka pun buanyak dan beragam. Dengan begitu, elit menjadi mudah. Ambil yang ini, dipoles sedikit, tampak seperti kepentingan (sebagian) masyarakat. Ambil yang itu, dipoles sedikit, tampak seperti kepentingan (sebagian) masyarakat yang lain lagi. Yang bisa dilakukan masyarakat adalah meneliti sungguh-sungguh, apakah klaim elit itu memang kepentingan mereka? Kalau bukan, mereka tidak boleh lelah menyuarakan kepentingan mereka sampai didengar dan disuarakan oleh para elit itu. Atau, jadilah elit itu sendiri.

Apa yang di mata massa tampak seperti kompetisi, bisa jadi adalah bagian dari kerjasama antar-elit. Misalnya, sebuah pilgub ada tiga calon. Salah satu calon kalah di putaran pertama. Dia bisa jualan "suara pendukung"-nya kepada dua kandidat yang tersisa. Atau, bisa jadi ada sebuah pilpres yang calonnya hanya satu, tapi karena sistem Pemilu-nya mensyaratkan adanya kompetisi, maka dicarilah lawan. Menang atau kalah, si lawan ini sudah menang, hehehe. Dia takkan maju tanpa “dapat apa-apa”, kan?


Transaksi bahkan bisa dilakukan sejak kompetisi belum benar-benar dimulai. Anggaplah ada sebuah pilwali dengan dua kandidat, A dan B. A yakin bisa mengalahkan B. Lalu, muncullah si C, koar-koar akan ikut pilwali juga. Si C ini basis massanya tidak besar. Kalau ikut pilwali pasti kalah. Tapi, karena basis masa di C dan si A sama, kehadiran C bisa membuat A kalah karena suara basis massa mereka bisa terpecah. Maka, A membujuk si C agar membatalkan niatnya ikut pilwali. Tidak gratis dong. Tahu bulat aja bayar. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar