Kamis, 31 Januari 2019

Apa itu dunia maya?

Duluuu banget, kita hanya mengenal dua dunia. Dunia natural, dunia tempat kita hidup dan berinteraksi normal sehari-hari dan dunia supranatural, dunia di mana hal-hal di luar nalar bisa terjadi, di mana paku berkarat bisa “dikirimkan” dan masuk ke tubuh seseorang tanpa ia menyadarinya. Dunia di mana seseorang bisa berada di Makkah dan di Madura di saat yang sama. Dunia dimana orang bisa kaya tanpa banyak bekerja karena ada tuyul yang bekerja padanya. Biasanya, dunia supramatural ini melibatkan makhluk yang kebanyakan kita enggan berinteraksi dengannya.



Kini, dunia supranatural tidak lagi dibicarakan sebanyak dulu. Posisinya, dalam percakapan sehari-hari, digantikan oleh dunia maya. Begitu sering kita membaca, mendengar, dan mengucapkan “dunia maya” hingga sering lupa: apa itu dunia maya?  



Dunia maya muncul dalam konteks hubungan manusia secara langsung maupun termediasi oleh alat. Untuk itu, secara sederhana, dunia terbagi dua: dunia nyata, dan dunia maya. Disebut dunia maya karena ia dianggap kurang nyata atau tidak senyata dunia nyata.
Istilah untuk dunia maya ini tidak satu. Ada yang menyebutnya on-line world (dunia dalam jaringan), virtual world (dunia yang tidak sesungguhnya), cyber world (dunia bentukan komputer), networked societies (masyarakat berjaringan), dan lainnya. Intinya, sebuah dunia yang kehadirannya difasilitasi oleh kemajuan teknologi komputer dan internet.
Pertanyaan berikutnya, apakah dunia maya terpisah dari dunia nyata? Apakah dunia maya berkait dengan dunia nyata? Bagaimana bentuk, level, dan intensitas keterkaitannya? Ada banyak perdebatan di sini. Bisa jadi satu disertasi, hehehe.
Nah, untuk disebut “dunia”, ada beberapa aspek yang harus terpenuhi. Saya berargumen bahwa aspek yang harus dipenuhi agar bisa disebut “dunia” adalah adanya area/wilayah, adanya penghuni, adanya interaksi, dan adanya struktur. Dunia nyata, areanya jelas, penghuninya jelas, interaksinya jelas, dan strukturnya jelas (negara, komunitas, grup, keluarga dan lainnya). Bagaimana dengan dunia maya?
Apa yang menjadi area dunia maya? Bagaimana bentuk atau karakteristik area ini? Area dunia maya menjadi mungkin ada atau terbentuk berkat kehadiran teknologi world wide web (www) yang membuat komputer (dan tentunya kita sebagai penggunanya) bisa saling terhubung. Inilah areanya. Inilah “bumi”-nya dunia maya.
Siapa penghuninya? Penghuninya kita, para on-line user, yakni orang-orang (dan non-orang) yang “tinggal” dan beraktivitas di dunia maya tersebut. User di dunia maya biasanya diwakili atau hadir dalam bentuk akun (account). Salah satu bedanya “individu” di dunia nyata dan dunia maya adalah, individu di dunia maya sulit diidentifikasi jumlahnya, jenis kelaminnya, bahkan nyata atau tidaknya. Satu orang di dunia nyata bisa memiliki lebih dari satu akun di dunia maya. Cowok di dunia nyata bisa menyamar sebagai akun yang seolah wanita di dunia maya, dan lainnya. Selain akun yang memiliki (somewhat) hubungan dengan manusia di dunia nyata, banyak juga akun2 yang murni mesin. Akun yang memang diciptakan. Mereka disebut “bot”.
Interaksi di dunia maya banyak, mulai dari posting, komen, berbagi (share), serta memberi tanggapan emosional (like, love, angry, sad, laughing dan lainnya). Interaksi di dunia maya sangat terbatas bila dibanding interaksi di dunia nyata. Tanggapan emosional, misalnya, hanya terwakili dalam bentuk reaction (like, love, angry, sad, dll) dan emoji. Itu salah satu contohnya saja.
Struktur di dunia maya pada dasarnya terdiri dari “pemilik wilayah” dan mereka yang “berinteraksi dalam wilayah”. Platform, baik platform media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dan sejenisnya), search engine (Google, karena yang lain sudah seperti kutu saja), messaging app (Telegram, Whatsapp), user-generated content (Youtube, Flickr, dan sejenisnya) adalah para “pemilik wilayah”. Kita, para user, adalah orang-orang yang sekadar “berinteraksi dalam wilayah” yang mereka sediakan. Karena kita berinteraksi di wilayah mereka, kita pun terpaksa ikut aturan mereka. Kita menyerahkan data-data kita agar diizinkan menumpang berinteraksi di sana: alamat email, nomor telepon, foto, dan lainnya. Kita juga menyerahkan data-data kita (aneka postingan, foto, like, share dan lainnya yang kita lakukan) untuk mereka koleksi, pelajari, bagi, dan perjualbelikan.

Nah, kapling-kapling di dunia maya kemudian, oleh para ahli dan praktisi, dikelompok-kelompokkan berdasarkan fungsi utama atau fasilitasi utama yang mereka tawarkan kepada user. Maka muncullah kategori-kategori seperti: 1. search engine (Google, Yahoo, dsj), 2. user generated content (Youtube, Flickr, Tumblr, dsj), 3. Media sosial (Faebook, Twitter, Instagram, dsj, user-generated content bisa masuk kategori media sosial juga), 4. Blog, 5.market place (E-bay, Alibaba, Amazon, OLX, bukalapak, tokopedia, dll), dan website (semua yang berbasis di web namun tidak masuk kategori di atas). Website bisa terdiri dari website pemerintah, perusahaan, media massa, dan lainnya. Semua yang berjualan berita atau konten utamanya berita, bisa masuk ke dalam kategori laman berita (news website). Perbedaan yang muncul bukan pada bentuk, tapi pada kualitas sajian. Dewan Pers misalnya sudah mengkategorisasi laman berita berdasarkan produknya dan kejelasan produsernya. Apakah yang tidak masuk dalam daftar Dewan Pers berarti bukan laman berita? Menurut saya, selama jualannya adalah berita, ya masuk kategori laman berita. Kalau beritanya serampangan, tidak berdasar, tidak memenuhi kaidah jurnalistik, kita sudah menyediakan kategorinya ”laman berita abal-abal”, hehehe.  

sumber ilustrasi: https://www.bilikupdate.com/2018/09/tutorial-jadi-tuyul-online-eth-airdrop-token-crypto.html; https://www.recode.net/2016/4/13/11586098/watch-facebook-social-virtual-reality-demo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar