Rabu, 30 Januari 2019

Data, Metadata, dan Algoritma (3 - Tamat)



Oke, dalam dua tulisan terdahulu saya menulis tentang data dan metadata. Sekarang yang ketiga, algoritma.

Mendengar kata algoritma, saya terbayang rumus-rumus matematika. Seketika saya pusing. Terbayang rumus-rumus yang harus saya hafal dari Sd, SMP, dan SMA tanpa tahu apa kegunaannya (andai kata saya tahu lebih awal kegunaan masing-masing rumus dalam kehidupan sehari-hari, sepertinya saya akan jatuh cinta pada matematika jauh lebih awal). Bagaimana dengan Anda? Semoga tidak seperti saya ya.

Nah, algoritma memang rumus. Dalam konteks topik yang sedang kita bicarakan, algoritma adalah rumus yang sudah ditetapkan oleh si owner platform online untuk mengumpulkan, mengelompokkan, dan mengeksekusi data yang ia peroleh.

Ingat, owner di sini adalah media sosial dan semua platform online yang kita pakai, mulai dari Facebook, Twitter, Youtube, Instagram, Path (alm), Tumblr, Flickr, Reddit, Picasa, Photobucket, Google, Yahoo, aneka situs berita, perbankan, situs porno, situs belanja online, dan lainnya. Algoritma masing-masing owner tentu berbeda, namun pola kerja dasarnya kurang lebih sama.
Supaya lebih mudah memahami, langsung contoh kerjanya saja ya. Mari bicara tentang Like. Facebook akan mencatat semua Like yang pernah kita pencet. Statusnya siapa (baik orang maupun produk) yang sering kita like? Apakah kita me-like hampir semua status teman kita, atau kita me-like status teman tertentu saja?

Bila kita jauh lebih sering me-like status teman kita yang berisi share dari KataKita, misalnya, maka Facebook akan menganggap kita suka pada teman tersebut dan KataKita. Tiap kali teman yang itu meng-update statusnya, status tersebut akan muncul teratas di newsfeed kita. Teman-teman lain yang juga sering men-share KataKita, akan muncul lumayan sering pula di newsfeed kita. Kok bisa? Itu karena algoritma Facebook sudah merumuskan bahwa mereka yang suka dengan x akan disodori x lebih banyak lagi. Akibatnya, kita lebih sering terekspos dengan pembaruan status teman-teman kita yang suka berbagi konten KataKita. Kita makin dijauhkan dari teman-teman yang jarang atau tidak pernah membagi konten KataKita.

Demikian pula sebaliknya. Bila kita sering me-like status teman berisi link portal-islam.id, maka kita akan disuguhi oleh Facebook status teman-teman yang juga sering berbagi postingan portal-islam.id. Kita pun akan "terkepung" oleh mereka.

Contoh lain: bila kita sering me-like Cookpad atau penyedia jasa resep-resep masakan, maka Facebook akan menyediakan iklan terkait masakan dan makanan di wall kita. Mungkin iklan wajan anti lengket, mungkin iklan penyedia makanan sehat, dan lainnya. Intinya, Facebook akan memberi apa yang --menurut pantauan Facebook-- merupakan kesukaan kita. Tahunya dari mana? Dari like kita.

Like bukan satu-satunya "alat sadap" untuk mengetahui perilaku kita. Share, recommend, favorite, love dll adalah bentuk-bentuk alat pantau tersebut.

Jadi, sudah makin ngeri? Hahaha.

Ilustrasi: http://binarybiryani.com/wp-content/uploads/2013/05/Tumblr-India-3.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar