Rabu, 30 Januari 2019

Data, Metadata, dan Algoritma (1)

Shihab bingung. Mengapa sekarang banyak sekali iklan Lenovo di akun Facebook-nya? Perasaan, dia tidak pernah cari-cari info tentang Lenovo? Kawan, Shihab lupa bahwa dia, dalam dua hari belakangan itu, ber-facebook ria pakai hape barunya. Hape Lenovo. Dan, Facebook tahu itu! Karena itu, yuk kita pahami tentang data, metadata, dan algoritma.

Data adalah informasi apa pun yang kita suplai ke suatu platform media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, dll. Nama kita, alamat e-mail, foto kita (mulai dari yang rapi berjas dan berdasi sampai foto dengan bibir dimonyongin 1 kilometer), status kita (menikah, in a relationship, complicated, #PhDJomblo dan lainnya) dan yang sejenis itu adalah DATA. Data ini dapat dilihat oleh kita dan orang lain, sesuai seting yang kita tetapkan padanya. Karena itu ada orang-orang yang memajang semua datanya di kolom "About" akun facebooknya, ada juga yang kolom "About"-nya kosong melompong. Bukan berarti mereka tidka punya identitas, hanya saja mereka tidak membukanya kepada kita. Itulah yang namanya privacy seting alias seting privasi. Dengan seting ini kita bisa mengatur siapa yang bisa melihat data kita, juga postingan kita. Foto yang kita tetapkan "only me" di Facebook, misalnya, hanya bisa dilihat oleh kita, orang lain tidak bisa melihatnya.

Eits, itu belum sepenuhnya. Kita bukan satu-satunya pemilik data tersebut. Owner, alias platform tempat kita menyetor data tersebut, pada akhirnya menjadi pemilik data kita pula. Artinya, semua platform media sosial yang kita pakai, juga penyedia jasa online lainnya (Google, Grammarly, Wordpress, Kompasiana, situs bank yang kita pakai, situs porno yang kita datangi, dll) menjadi PEMILIK pula dari data kita. Bahkan setelah kita hapus pun BELUM TENTU data di gudang penyimpanan mereka ikut terhapus pula. Jadi meskipun Bu Dendy, misalnya, sudah menghapus video-nya yang viral itu, video tersebut tetap ada. Nih contohnya:




Pertama, mungkin ada banyak orang lain yang saking senangnya akhirnya tetap menyimpan video tersebut. Kedua, platform tempat video tersebut dibagikan sangat mungkin masih menyimpannya.

Atau, pernahkah Anda mengata-ngatai orang ternama atau kelompok tertentu? Mengata-ngatai orang terkenal kan salah sara untuk terkenal juga? Hahaha. Banyak kan yang begitu bersemangat mengata-ngatai orang lain dengan sebutan "onta", "bumi datar", "sumbu pendek", "kafir", "babi", "komunis", "radikal" dan lainnya?

Sebagian orang yang sadar, lalu menghapus sumpah serapah tersebut. Tapi, sumpah serapah itu tidak serta merta hilang. Pertama, sangat mungkin ada orang lain yang menyimpannya. Ada yang suka men-screen shoot hal seperti itu. Kedua, lagi-lagi, platform yang Anda pakai untuk marah-marah itu tetap menyimpan bentuk kemarahan Anda tadi. Inilah yang dinamakan JEJAK DIGITAL.

Jadi, apakah anda sudah mulai merasa harus berhati-hati? (Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar